BREBES (Aswajanews.id) – Waktu yang sungguh singkat sowan dengan Dzuriyah Lirboyo di kediaman Ketua PC HIMASAL Kab Brebes, namun memiliki makna yang sangat dalam penuh makna. Ilustrasi tersebut sama halnya yang disampaikan oleh Gus Said (Dzuriyah Lirboyo) saat memberikan komentar terhadap kitab Tasawuf karya Syekh Izudin yang barusan dikaji di masjid Jami Tegalglagah, Jumat (29/11/2024).
Kitab yang perdana dikaji dalam forum kajian kitab LBM HIMASAL Kab Brebes menghadirkan Gus Said sebagai Qori. Kitab ini tergolong antik karena belum semua Pesantren Salaf mengkaji kitab yang kalimat kalimatnya sarat dengan makna kandungan yang sangat luas. Di Lirboyo sendiri baru Gus Said yang membaca kitab tersebut yang diikuti oleh beberapa santri senior.
“Meskipun kitab tersebut belum banyak dikaji di lingkungan Pesantren namun isi kitab yang mengelaborasi konsep tauhid, tasawuf dan fiqih termasuk kitab Ihya Ulumuddin menjadi makanan pokok para santri. Kitab Syajaratul Ma’arif lebih ringkas dan mudah difahami. Diksi kalimat yang ringkas dalam kitab tersebut sesungguhnya memiliki kandungan makna yang mendalam,” kata Gus Said.
Menyinggung tentang Tasawuf, Gus Said mengungkapkan bahwa tasawuf menjadi prilaku untuk lintas profesi. Santri,Kyai, pejabat, pedagang, petani dan lainnya sebenarnya bersentuhan dengan prilaku tasawuf.Nilai nilai kesabaran, kesederhanaan dan sikap qonaah menjadi bagian dari perilaku tasawuf yang bisa dilakukan oleh semua orang (lintas profesi).
Terkait dengan tasawuf dan akhlak di Pesantren, Gus Said menandaskan bahwa tradisi pesantren lebih mengedepankan akhlak daripada ilmu. Ini artinya bahwa santri disamping mengkaji ilmu pengetahuan lewat kitab kuning, namun demikian akhlakul karimah lebih dititikberatkan. Oleh karena itu prilaku hormat kepada Guru dan Masyayekh menempati posisi yang utama.
Hal ini berbeda, menurut Dzuriyah Lirboyo, dengan komunitas akademisi di luar pesantren yang mengedepankan kecerdasan intelektual. Kecerdasan mereka pada tataran intelektual yang dikejar dengan sedikit mengesampingkan aspek akhlakul karimah. Pondok Pesantren Lirboyo meskipun hari ini secara akademik sudah ada marhalah Awal dan Tsani, setara S.1 dan S.2, akhlak dan etika sebagai santri masih menjadi prilaku utama.
“Adab, tata kerama atau akhlakul karimah bagi Pesantren menjadi tradisi yang utama. Hormat kepada guru, mencari ridho guru dalam setia langkahnya menjadi sikap yang dimiliki oleh santri. Oleh karena itu meskipun Lirboyo dalam konteks pembelajaran sudah setara dengan S.1 dan S.2, akan tetapi paradigma pemikiran santri tetap berpegang teguh kepada nilai-nilai akhlak,” pungkas KH Said Ridwan yang akrab dipanggil Gus Said.
Kegiatan Pengajian Kitab Syajaratul Ma’arif wal Ahawl yang dilaksanakan oleh PC LBM HIMASAL diikuti oleh alumni Lirboyo Kab Brebes beserta masyarakat lingkungan setempat di desa Tegalglagah Kec Bulakamba. Tampak hadir dalam acara tersebut dari alumni sepuh Kab Brebes, KH Sobarudin (Penasehat PC HIMASAL Kab Brebes), beberapa PAC HIMASAL tingkat Kecamatan serta alumni muda juga tampak hadir. (Red)