BREBES (Aswajanews.id) – Anggota Dewan Syuro DPP PKB dan Wakil Ketua Dewan Syuro PKB Jateng, KH Ahmad Badawi Basyir atau akrab disapa Gus Badawi, menegaskan bahwa saat ini Nahdlatul Ulama (NU) tengah berada di antara dua kutub ideologi besar yang saling bertentangan, yakni kelompok liberal dan kelompok Islam tekstualis. Kedua kutub ini, menurutnya, sama-sama berupaya menggerus kekuatan ideologis dan politik warga Nahdliyin.
“Dua kelompok ini terus-menerus menyerang kekuatan NU hingga pada aspek politik dengan tujuan agar NU tidak memiliki peran dalam politik kebangsaan. Kelompok tekstualis dalam hal ini adalah Wahabi yang lepas dari manhaj maslahah, sedangkan kelompok liberal berakar pada pemikiran Najmuddin At-Tufi dari Mesir,” ujar Gus Badawi dalam Halaqah Kebangsaan di Pondok Pesantren As Syamsuriyyah Jagalempeni, Wanasari, Brebes, Ahad (2/11/2025).
Lebih lanjut, Pengasuh Pondok Pesantren Darul Falah Jekulo Kudus ini menilai bahwa dalam kehidupan berbangsa, terdapat berbagai kekuatan seperti kekuatan tradisi, kekuasaan, ekonomi, dan budaya. NU, kata dia, memiliki kekuatan tradisi yang sangat kuat, terutama di kalangan santri.
“Semua bangsa tahu, kekuatan riil di pedesaan ada di kaum santri. Namun kekuatan itu baru pada segmen kekuasaan istighosah, belum menyentuh aspek ekonomi, politik, budaya pasar, dan global,” jelasnya.
Menurut Gus Badawi, saat ini gejala kekuasaan global tengah menyerang bangsa Indonesia melalui dua kekuatan besar yang terkait ideologi politik dan agama. “Kedua kekuatan ini terus menggerus ideologi Ahlussunnah wal Jamaah dalam kehidupan berbangsa dan bernegara,” tambahnya.

Ia juga menilai, para kiai sering kali kurang memperhatikan dinamika tersebut, sehingga banyak santri kehilangan kepekaan sosial dan semangat jihad kebangsaan. “Kedua ideologi itu sedang bertarung menyerang kita. Sementara sebagian orang memilih netral hanya demi mencari aman, agar dari sana dapat, dari sini juga dapat,” ujarnya.
Menyinggung politik kebangsaan, Wakil Ketua DPW PKB Jawa Tengah ini menegaskan bahwa PKB merupakan satu-satunya partai politik yang senafas dengan NU. “Kalau bicara aspirasi politik Nahdliyin, ya sudah jelas PKB. Basis ideologis, historis, dan aspiratifnya tidak bisa dititipkan ke partai lain,” tegasnya.
Gus Badawi menambahkan, dirinya bersama para kiai di Jawa Tengah terus berkeliling untuk memperkuat sinergi politik kebangsaan melalui PKB. “Saat ada kasus Pondok Pesantren Al Khoziny dan penghinaan terhadap Pengasuh Ponpes Lirboyo, PKB menjadi garda terdepan memfasilitasi pertemuan dengan HIMASAL DKI Jakarta dan Jawa Barat. Ini bentuk nyata keberpihakan kami terhadap pesantren dan ulama,” tuturnya.
Halaqah Kebangsaan tersebut dihadiri oleh perwakilan Pengurus Ranting NU se-Kecamatan Wanasari, Badan Otonom NU, serta sejumlah tokoh penting, di antaranya Gus Syaffa, anggota DPRD Provinsi Jawa Tengah, yang tampil sebagai keynote speaker.
Hadir pula Nyai Nafisatul Khoiriyah, anggota DPRD Kabupaten Brebes, yang sekaligus memberikan sambutan mewakili pengasuh Ponpes As Syamsuriyyah. Kegiatan ini turut dihadiri jajaran pengurus MWC NU Wanasari, baik dari unsur Syuriah maupun Tanfidziyah. (Red/Nas)
Eksplorasi konten lain dari aswajanews
Berlangganan untuk dapatkan pos terbaru lewat email.






























