Setelah Jumat pada tanggal 24 Januari 2024 saya mendapatkan kesempatan untuk mengikuti Lunch Meeting Pembinaan dari Kepala Kantor Kemenag Kab Brebes, Dr H Abdul Wahab. Kesempatan yang baik ini di hari yang baik karena Jumat berempat di kantor DPC FKDT Kab Brebes saya mengikuti via zoom dalam kegiatan yang diikuti oleh 400 lebih peserta.
Ada yang sangat menarik saat awal bergabung dalam zoom yang dimoderatori oleh Gus Akrom, panggilan akrab DR Akrom Jangka Daosat, yang saat sekarang menjabat Kasubag TU Kemenag Kab Brebes.
Saat Dr Wahab menjelaskan tentang kinerja pegawai dalam tasawuf cinta yang diusung oleh Wali perempuan Robiah Adawiyah. Bekerja karena cinta akan menumbuhkan semangat dan merasa senang dengan pekerjaan. Hal tersebut sebagaimana Robiah Adawiyah mengatakan bahwa dirinya beribadah karena cinta bukan karena berharap surga atau takut neraka. Disinilah stasiun “mahabah” menjadi maqom tertinggi dalam fase perjalanan seorang sufi.
Pesan “Bekerja karena Cinta” oleh Dr H Abdul Wahab sesungguhnya mengingatkan kepada kita semua bahwa kerja dan ibadah menjadi satu paket yang tidak dipisahkan. Rumusan bahwa kerja urusan dunia sementara ibadah urusan akhirat sebenarnya bertemu dalam satu kata “mahabah”. Bekerja yang hanya semata mata ingin mendapatkan materi maka akan menjadi kapitalis dan menjauhkan dari semangat ukrowi. Segalanya diukur dengan mendapatkan apa (materi atau kehormatan) dibalik yang dilakukan, bukan berharap mendapatkan ridlo Alloh. Kalau sudah demikian tentu tidak tergolong dalam ikhlas beramal.
Apapun pekerjaan dan tugas kita sepanjang didasari ketulusan hati dan cinta maka mempermudah semua urusan. Beliau juga berpesan, kalau urusan bisa dipermudah maka jangan dipersulit dengan sengaja menerapkan birokrasi yang mempersulit untuk pelayanan. Ketika kita bisa menyampaikan apa adanya maka jangan sampai muncul ada apanya. Hal ini menjadi pertanda kurang ada ketulusan dan mencintai dalam pekerjaan.
Mencintai pekerjaan berarti menjalankan tugas dengan senang hati, bukan karena di awasi oleh atasan. Karena sesungguhnya manusia sudah diawasi oleh Malaikat. Tugas yang mulia dengan niat ibadah akan berbuah pahala. Oleh karena itu apa yang kita kerjakan kalau diniati ibadah maka akan menjadi bekal ukhrowi. Sebaliknya meskipun secara ritual ibadah kalau ada kesombongan maka tidak bernilai ukhrowi (mendapatkan pahala).
Cinta dalam bekerja akan menjadikan seorang senang dan betah dalam pekerjaan yang dijalani. Bahkan kadang bisa tidak ingat waktu, karena sangat betahnya. Berbeda kalau seorang tidak betah, maka waktu satu jam terasa enam jam, satu hari terasa enam hari dan seterusnya. Oleh karena itu mencintai pekerjaan akan menjadi dorongan untuk mewujudkan kerja ikhlas.
Semoga kita semua senantiasa menjaga ketulusan dan cinta dalam bekerja. Dengan tulus dan cinta menjadi bagian proses menuju ridlo Ilahi. Cinta menjadi maqom tertinggi dalam fase tasawuf. Oleh karena itu keduamya (tulus dan cinta) menjadi satu irama dalam melakukan pekerjaan yang bernilai ibadah. ***