INDRAMAYU (aswajanews.id) – Momen sakral Hari Jadi ke-496 Kabupaten Indramayu tahun 2023 dicederai akibat adanya peredaran batik tulis Complongan palsu.
Batik tulis Complongan adalah khas Indramayu yang dikenakan seluruh pejabat dalam perayaan tersebut. Namun entah bagaimana mulanya, batik Complongan palsu justru beredar dan diterima para pejabat Pemkab Indramayu. Diduga, batik Complongan palsu itu sengaja ‘diselundupkan’ oleh penyedia.
Beruntung, sebelum dikenakan para pejabat untuk merayakan Hari Jadi Indramayu yang jatuh pada 7 Oktober 2023 ini, batik Complongan palsu ditarik oleh panitia pengadaannya. Namun begitu, ditengarai masih ada sejumlah pejabat yang mengenakan batik Complongan palsu karena ketidaktahuannya.
Batik Complongan palsu itu sendiri diproduksi dengan cetak, bukan batik tulis complong menggunakan jarum. Complongan pada batik palsu juga dibuat dengan cetakan dengan kesan complong asli.
“Iya betul, sempat beredar dan dibagikan ke pejabat. Batik Complongannya palsu, titik complong dikamuflase seolah-olah asli. Untungnya ketahuan dan sudah ditarik. Tetapi saya tidak tahu, bisa jadi sdh ada yang dikenakan oleh pejabat,” kata seorang penggiat batik Complongan yang enggan disebutkan jati dirinya, Sabtu, 7 Oktober 2023.
Ia menyebut, keaslian batik Complongan tidak boleh diubah. Hal itu, kata dia, karena batik Complongan telah memperoleh sertifikat Kekayaan Intelaktual Indikasi Geografis dari Kementerian Hukum dan HAM RI.
Sementara itu, semangat melindungi keaslian batik Complogan juga ditunjukkan Bupati Indramayu, Nina Agustina. Ia bahkan mengeluarkan surat edaran tentang Pemakaian Batik Tulis Complongan.
Surat Edaran Bupati itu bernomor 5101/322/Diskopdagin yang memuat soal instruksi menganakan pakaian batik tulis Complongan pada hari kerja tertentu bagi seluruh ASN dan pegawai BUMD.
Instruksi lain, yakni adanya laranagn membuat dan memproduksi batik cap dan batik printing Complongan.
Dihubungi terpisah, Kabid Kebudayaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Indramayu, Uum Umiyati, membantah adanya peredaran batik Complongan palsu tersebut.
“Bukan palsu, tapi batik printing Complongan karena yang tulis produksinya tidak terkejar menyusul sedikitnya jumlah perajin batik Complongan tulis,” sergah Uum. *(Sanaji)