INDRAMAYU (Aswajanews.id) – Merespon polemik Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Zaytun Indramayu, mantan Kapolda Jawa Barat juga Budayawan Sunda Irjen Pol (Purn) Dr Drs Anton Charliyan, MPKN, turut juga mengomentari atas maraknya kabar tentang Al Zaytun, Rabu (5/7/2023).
Ma’had Al-Zaytun atau Pondok Pesantren Al-Zaytun adalah sebuah pondok pesantren yang terletak di desa Mekarjaya, kecamatan Gantar, kabupaten Indramayu, provinsi Jawa Barat.
Pondok Pesantren Al-Zaytun ini tengah menjadi perhatian publik secara nasional. Pesantren itu viral lantaran terungkap sebuah video yang memperlihatkan pria dan wanita berada di satu saf saat menjalankan salat Idul Fitri.
Selain tata cara salat, lantunan adzan yang dikumandangkan di Pesantren Al-Zaytun Indramayu ini terbilang aneh dan nyeleneh serta tidak umum di kumandangkan di kalangan umat muslim.
Pesantren Al Zaytun ini sendiri di pimpin oleh sosok yang bernama Abdussalam Rasyidi Panji Gumilang atau yang lebih dikenal dengan Panji Gumilang yang kini tengah menuai banyak reaksi keras dari berbagai kalangan rakyat Indonesia khususnya masyarakat Indramayu atas dugaan penistaan agama.
Abah Anton sapaan akrab Anton Charlyan menyampaikan bahwasanya hal ini sudah ditangani oleh pihak kepolisian dan semua kiranya dapat menahan diri.
“Lembaga pendidikan harus juga sesuai dengan kaidah kaidah undang undang pendidikan, Tetapi jika itu mengatas namakan ajaran ajaran Islam ya harus sesuai juga dengan ajaran ajaran Islam.
Untuk mengukur ajaran Islam itu ada MUI dan ada lembaga lembaga lain yang bergerak dibidang keislaman yakni ada NU dan Muhammadiyah dan saya pernah menjadi salah satu tim untuk menguji satu aliran atau komunitas itu sesuai dengan keislamannya ya tinggal rukun iman dan rukun Islam saya rasa itu saja. Kalau itu berbeda ya harus di sikapi,” tandasnya saat awak media mewawancarai di kediamannya pada Selasa (4/7/2023).
Abah Anton juga menambahkan kemungkinan besar Al Zaytun itu sendiri di temukan hal hal yang berbeda, Makannya semua bereaksi. Adapun reaksi tersebut jangan melebar kemana mana dan jangan sampai Al Zaytun juga di jadikan alat politis.
“Jika di Al Zaytun ditemukan hal yang berbeda dari kaidah kaidah agama ya tutup. Kita harus bersikap, jangan lagi ada tarik ulur jika itu sudah di temukan perbedaan dari para ahli atau pakar pakar Islam baik dari MUI, Muhammadiyah dan pakar pakar Islam lainnya. Pendidikan ini untuk menciptakan kader kader bangsa, jika dasarnya saja salah maka akan menyesatkan kader kader bangsa,” imbuhnya.
Dan adapun pihak dari kepolisian itu melihat fakta fakta, Abah Anton juga meminta kepada masyarakat agar menahan diri atas apa yang sedang dilakukan oleh Bareskrim polri, ini adalah upaya quick respon dari Bareskrim polri dalam hal melakukan Kepedulian cepat atas masalah yang terjadi di tengah masyarakat yang dilakukan oleh polri dan polri akan terbuka kepada masyarakat, ,bentuk keterbukaan itu di antaranya yang berkaitan dengan oknum polri yakni SM dan TM. *(Herman/Tongol)