Nusantara

115 Tahun Lirboyo dan Satu Abad MHM : “Optimalisasi Peran Pesantren Lirboyo dalam membangun Peradaban Islami yang berkelanjutan”, “Mengakar dalam Tradisi berkembang dengan Inovasi”

Oleh : Akhmad Sururi (Alumni Lirboyo angkatan 2000)

Rangkaian kegiatan 115 tahun Lirboyo dan Satu Abad MHM ( Madrasah Hidayatul Mubtadiin ) sudah dimulai sejak tanggal 9 bulan Januari 2025. Kegiatan tersebut akan berpuncak pada hari Sabtu tanggal 8 Februari 2025 yang dhelat dalam tajuk Reuni Akbar VI, Munas HIMASAL V dan Munas LIM ke II.

Perhelatan yang akan menghadirkan puluhan ribu alumni seluruh Indonesia menjadi magnet tersendiri bagi seluruh alumni bahkan wali santri. Mereka akan bernostalgia mengenang kembali masa dulu di Pesantren dengan bertemu bersama kawan satu angkatan dan lintas angkatan alumni Lirboyo.

Tema 115 tahun Pondok Pesantren Lirboyo dan satu abad MHM dengan tajuk “Optimalisasi Peran Pesantren Lirboyo dalam membangun Peradaban Islami yang berkelanjutan” yang dirangkai dengan “Mengakar dalam Tradisi berkembang dengan Inovasi”, menjadi dua kalimat yang sarat dengan makna untuk masa depan Pendidikan Pesantren.

Berangkat dari tema tersebut akan menjadi ikhtiar selalu komunitas alumni Lirboyo yang tergabung dalam HIMASAL untuk melakukan pergerakan secara masif dalam membangun Peradaban Islami yang berkelanjutan. Tentu peran ini berporos dari Pesantren Lirboyo dan bermetamorfosis untuk seluruh alumni yang sudah berperan di daerah masing masing dengan predikat yang disandang oleh mereka.

Ketersambungan secara geneologis keilmuan alumni Pesantren Lirboyo menjadi magnet dalam memberikan peran kontribusi peradaban di daerahnya. Sehingga kebesaran dan keberkahan Lirboyo yang dirasakan oleh alumni bisa digerakkan untuk membangun peradaban yang berbasis religius di tengah arus kehidupan bangsa yang terus berjalan.

Untuk mewujudkan hal tersebut sangat dibutuhkan sinergitas dan kolaborasi dalam satu almamater Lirboyo atau lintas Lirboyo dengan melibatkan alumni pesantren lainnya. Ukhuwah antar alumni Pesantren dalam kehidupan bermasyarakat akan menjadi modal dasar dalam membangun peradaban Islam yang rahmatan lil alamin.

Lebih dari itu ekspansi dakwah yang merambah di berbagai komunitas menjadi elemen dalam membangun peradaban. Hal ini sangat penting karena menjadi bagian dari fungsi Pesantren. Beberapa komunitas masyarakat perlu kita sentuh dengan pola dakwah yang tersistem dan mencerahkan. Sehingga mereka memahami Islam bukan pada tataran formalitas, namun menyentuh pada substansi dalam beragama.

Oleh karena inovasi dalam berdakwah menjadi sebuah keniscayaan dengan tetap menjaga tradisi Pesantren yang substantif. Khazanah keilmuan Pesantren saat ditransformasikan dalam kehidupan bermasyarakat melihat kepada konteks tanpa meninggalkan teks. Sehingga dengan hal ini warisan ulama Salaf (kutub turost) tetap terjaga.

Fungsi Pendidikan Pesantren berkait erat dengan peradaban. Karena sesungguhnya pendidikan dan peradaban ibarat dua sisi mata uang yang hadir di tengah kehidupan masyarakat. Pesan Mbah Yai Abdul Karim, ” Santri yen mulih ngadep dampar”, ini artinya tidak boleh lepas dari pendidikan. Pendidikan Pesantren dengan keunggulan akhlakul karimah menjadi mata uang dalam setiap lini kehidupan. Oleh karena karakteristik alumni Pesantren akan berimbas terhadap kehidupan keberagamaan masyarakat baik secara langsung maupun tidak langsung.

Akhirnya melalui momentum Reuni Akbar disamping seluruh alumni “ngalap berkah” dengan ziarah dan sowan Masyayekh Lirboyo semoga semakin memperkuat seluruh alumni dalam berkhidmat di tengah tengah masyarakat. Khidmat dalam berdakwah melalui berbagai wahana untuk mewujudkan peradaban Islam yang berkelanjutan. Tentu yang dimaksud adalah dakwah yang memiliki prinsip pendidikan yang dapat mengantarkan masyarakat terhadap kemajuan peradaban. ***