Politik dan Pemerintahan

Wajah PBNU Diwarnai PDIP, Golkar, PPP dan Pejabat Kemenag

Jakarta (Aswajanews.id)Wajah Pengurus Besar Nahdlatul Ulama (PBNU) di bawah kepemimpinan Rais Aam Syuriah KH Miftahul Achyar dan Ketua Umum Tanfidziah KH Yahya Cholil Staquf (Gus Yahya) bercorak baru. Jika PBNU dalam kepemimpinan KH Said Aqil Siroj (periode sebelumnya) cenderung “terkooptasi” PKB (terutama dominasi kakak-adik: A Muhaimin Iskandar dan kakaknya, A. Halim Iskandar serta Helmy Faishal Zaini), kini berubah total. Gus Yahya “menyingkirkan” “kooptasi” politik kakak-adik Gus Halim-Cak Imin dan Helmy Faishal Zaini itu dari PBNU.

Yang paling menyolok adalah diangkatnya politisi PDIP Mardani Maming sebagai Bendahara Umum PBNU. Mardani adalah Ketua DPD PDI Perjuangan Kalsel.

Dikutip Tempo.co, Mardani merupakan pengusaha muda dari Tanah Bumbu, Kalimantan Selatan. Saat ini, dia menjabat sebagai salah satu pimpinan perusahaan PT Batulicin 69 dan PT Maming 69, dua perusahaan holding yang membawahi 35 anak perusahaan.

Perusahaannya meliputi pertambangan mineral, terminal dan pelabuhan khusus batubara. Termasuk pengelolaan jalan hauling, underpass, transportasi pertambangan, penyewaan alat berat, penyediaan armada kapal, properti, hingga perkebunan.

Mardani di PBNU tidak hanya menempati posisi strategis. Tapi ia juga tak sendirian sebagai kader PDIP yang jadi pengurus PBNU di era Yahya ini.

Ada nama Nasyirul Falah Amru, yang oleh Yahya Staquf diangkat menjadi Wakil Ketua Tanfidziyah PBNU. Nasyirul adalah legislator PDI-P dua periode.

Di PDIP pula, pada 2011-2016, ia menjadi Ketua Bidang Keagamaan di Dewan Pimpinan Pusat (DPP) sekaligus Ketua Pengurus Pusat Baitul Muslimin Indonesia—organisasi sayap PDI-P.

Pengangkatan Mardani dan Nasyirul Falah Amru dalam jabatan strategis di PBNU itu praktis mengamputasi peran politik PKB di PBNU. Memang ada kerabat dekat Cak Imin masuk dalam kepengurusan PBNU. Yaitu KH Abdussalam Shohib (Gus Salam) dari Pondok Pesantren Denanyar Jombang. Tapi ia bukan “representasi” partai seperti Helmy Faishal Zaini.

Dominasi PKB di PBNU juga terhalang oleh Nusron Wahid. Tokoh Golkar ini menjabat Wakil Ketua Umum PBNU. Bahkan Nusron Wahid langsung angkat suara. Menurut dia, terpilihnya Gus Yahya akan memberi efek politik bagi elektabilitas Ketua Umum Partai Golkar Airlangga Hartarto.

Yahya dan Airlangga berteman sejak kuliah di UGM. Dikutip detik.com, Nusron mengatakan bahwa positioning PBNU yang diputuskan Gus Yahya berpotensi menguntungkan Airlangga yang sedang bersiap-siap menjadi calon presiden (capres) 2024.

Selain PDIP dan Golkar, PBNU dibawah Kiai Miftahul Akhyar dan Gus Yahya juga diwarnai politisi PPP. Yaitu Choirul Sholeh Rasyid. Tokoh PPP ini tercatat sebagai Wakil Ketua PBNU.

Dari PPP juga ada nama Taj Yasin Maimoen. Namun posisinya di PBNU tidak strategis. Hanya tercatat di jajaran A’wan. Itupun nomor buncit.

Cak Imin juga terhadang oleh keluarga Gus Dur di PBNU. Seperti ditulis BANGSAONLINE.com, ada nama Nyai Shinta Nuriyah di jajaran Mustasyar PBNU. Juga ada putri Gus Dur, Ny. H. Alissa Qotrunnada Wahid sebagai Ketua Tanfidziah. Orang dekat Yenny Wahid, yaitu H. Imron Rosyadi Hamid juga masuk, yaitu sebagai Wakil Sekjen.

Jamak diketahui, Cak Imin dicap publik sebagai pengkhianat Gus Dur dan keluarganya. Ini tak lepas dari sejarah Cak Imin masuk PKB. Cak Imin masuk kepengurusan PKB karena “dicangking” Gus Dur. Saat PKB berdiri, Cak Imin tak punya jabatan apa-apa.

Ia pernah menjabat ketua umum PB PMII. Tapi selepas dari organisasi mahasiswa itu, Cak Imin – maaf – tak ubahnya “pengangguran”.

Ia juga masih “bau kencur”. Karena itu banyak yang mempersoalkan ketika Cak Imin tiba-tiba diberi jabatan Sekjen DPP PKB oleh Gus Dur. Namun karena kharisma Gus Dur sangat kuat, semua kiai diam.

Jasa Gus Dur memang sangat besar terhadap Cak Imin. Tapi ternyata dibalas tuba oleh sang keponakan. Cak Imin menikam dari belakang. Gus Dur disingkirkan dari PKB. Tragisnya, penyingkiran Gus Dur dari PKB itu lewat adu kuat di pengadilan. Karena itu Cak Imin lantas dicap sebagai pengkhianat.

Selain para politisi dari berbagai parpol, wajah PBNU juga diwarnai para pejabat Kemenag. Banyak nama pejabat Kementerian Agama mewarnai kepengurusan PBNU. Antara lain sekjen sekaligus Plt. Irjen Kemenag Nizar Ali. Ia menjabat Wakil Ketua Umum PBNU.

Juga ada beberapa Staf Khusus Menteri Agama Yaqut. Mereka adalah Ishfah Abidal Aziz sebagai Ketua PBNU, Habib Abdul Qodir sebagai Wakil Sekretaris Jenderal, dan Mohammad Nuruzzaman sebagai Bendahara PBNU. Wajah PBNU sekarang memang penuh warna. Warna politik dan warga Kemenag. *(Sumber : Bangsaonline)