Politik dan Pemerintahan

Gus Yusuf Representasi Politik Santri

Sore kemarin mendapat kiriman di grup berita Suara Merdeka, Kamis 25 Mei dengan judul “Serius Nyalon Gubernur, Usung “Budal Gus”. Sebuah pernyataan serius dari seorang Kyai Politisi untuk maju dalam kontestasi Pilgub Jawa Tengah tahun 2024.

Spanduk “Budal Gus” sudah terpampang hampir setiap Kab/Kota di Jawa Tengah. Ini merupakan bukti bahwa Gus Yusuf serius untuk melangkah di arena kekuasaan tingkat provinsi. Keseriusan tersebut tentu karena sudah mengukur kekuatan secara politis. Kendatipun saat ini kursi DPRD tingkat propinsi masih 20, namun menurut beberapa rilis lembaga surve profesional PKB di Jawa Tengah akan memenangkan pesta demokrasi 2024.

Oleh karena itu sikap optimis untuk kemenangan PKB Jawa Tengah menjadi komitmen kita bersama dengan berbagai ikhtiar yang dilakukan oleh mesin politik  dalam hal ini, struktur al PKB.  Langkah dan pergerakan menuju Jateng Satu yang sudah dimulai akan diteruskan menjadi kekuatan suara sampai tingkat bawah (Ranting PKB).

Figur Gus Yusuf sebagai Ketua DPW PKB Jawa Tengah sekaligus alumni Santri Lirboyo memiliki kekuatan massa dari kalangan santri di pelosok pelosok desa. Dakwah yang Beliau lakukan dengan bahasa agama yang merakyat dan senantiasa menjaga keilmuan dan tradisi Pesantren menjadikan masyarakat tercerahkan.

Pada prinsipnya dunia santri dengan dunia politik bukanlah dua kutub yang berlawanan. Sekalipun santri indentik dengan “ngaji” namun tidak serta merta anti Politik. Gus Yusuf merupakan representasi santri dan politik yang bisa menyatu dalam memperjuangkan kemaslahatan umat dan bangsa. Hal tersebut karena Beliau sebagai Pengasuh Pesantren API Tegalrejo yang dalam ceramahnya menyatakan bahwa Politik dan Agama bagai dua sisi mata uang atau saudara kembar. Politik bisa menjaga kehidupan beragama.

Dalam beberapa kesempatan Beliau menegaskan bahwa politik melahirkan pemimpin dan kekuasaan. Dengan kekuasaan akan mewujudkan kebijakan. Kebijakan untuk kemaslahatan umat dan rakyat akan tergantung siapa yang berkuasa. Kehadiran Gus Yusuf untuk Jawa Tengah diyakini akan membawa angin perubahan untuk kemaslahatan Jawa Tengah.

Sebagai santri yang memasuki gelanggang politik tentu moralitas dalam berpolitik lebih diprioritaskan. Gus Yusuf dalam kiprahnya memiliki kesantunan yang diakui oleh semua kalangan. Langkah langkah politiknya   yang dijalankan senantiasa bersandar kepada nilai nilai agama dan ta’dzhim kepada para Ulama.Inilah yang membedakan antara politisi santri dengan mereka yang memasuki arena politik hanya berbekal kekuatan financial dan oligarki.

Sejarah membuktikan beberapa Kyai Pesantren telah mewarnai sejarah Indonesia. KH Wachid Hasyim, KH Masykur, KH Wahab Hasbullah, KH Idam Kholid dan beberapa Kyai lain pernah memasuki dunia politik Indonesia. Gus Dur dengan kecerdasannya menempati kursi presiden. Itulah deretan orang orang berbasis Pesantren yang mewarnai panggung politik tingkat nasional.

Era tahun Politik ini saatnya santri bergerak untuk lebih kencang untuk memenangkan pesta demokrasi 2024. Untuk kemenangan tersebut dibutuhkan persatuan dan kekompakan kita bersama dalam rangka mewujudkan pemimpin dari komunitas santri.

Kita harus yakin bahwa santri  bisa mempimpin negeri ini, termasuk Jawa Tengah sebagai bagian negeri Indonesia tercinta. Saatnya santri berkhidmat kepada bangsa melalui jalur politik untuk kemaslahatan rakyat Jawa Tengah. Gus Yusuf sudah waktunya “budal“ menuju kursi Gubernur Jawa Tengah. (*)

Oleh : Akhmad Sururi (Ketua FKDT Kab Brebes, Ketua HIMASAL Kab Brebes Th 2014 – 2019)